Kisah Gadis Sang Pramugari

Bandar udara Soekarno-Hatta tampak lebih sering sibuk daripada senggang. Bermula dari bermacet-macetan di jalan tol, berebut tempat berhenti di depan gerbang masuk untuk sekedar turun dari kendaraan, mengantri bak ular naga untuk check in lalu lanjut mengantri di loket imigrasi, hingga menunggu hampir dua jam untuk kemudian masuk ke dalam pesawat.

Namun perjuangan itu terbayar ketika akhirnya kalian ketemu gue. Ya, karena gue lah sang pramugari yang menyambut dengan senyum manis, “welcome on board!”

Nggak pernah terbayang selama ini bahwa seorang gue bisa-bisanya end up jadi seorang pramugari. Gue inget banget dulu gue butuh satu jam hanya untuk pake eyeliner. Itu loh, spidol yang dipake dimata yang bisa bikin mata sipit jadi lebih nggak sipit.

Dulu gue menghabiskan satu jam untuk berhasil membuat mata gue semakin asimetris. Sekarang rekor tercepat gue dedempulan lengkap dengan konde khas awak kabin adalah 45 menit dan tetap dapat dikenali petugas immigrasi di bandara ketika beliau cek paspor gue!

Well, semua ini dimulai dari ketika gue dipecat dari perusahaan pertama gue.

Selepas lulus kuliah dulu, gue menggenapi mimpi gue untuk menjadi wanita karir di suatu perusahaan multinasional di negeri tercinta. Yang tidak gue perhitungkan adalah betapa sulitnya gue untuk bertahan di dunia korporasi. Apalagi gue lulus dengan sarjana ilmu sains di tangan dengan pengetahuan bisnis yang sangat minim.

Enam bulan lamanya gue berusaha dan gagal.

Maka datang lah hari legendaris itu. Selepas gue presentasi, manager HRD gue berucap, “Maaf G, saya rasa kamu tidak cocok disini. Mungkin kamu bisa lebih happy di tempat lain.”

Begitulah kurang lebih.

Satu kalimat yang tidak bisa gue lupakan seumur hidup gue. Kalimat yang membuat gue tercengang dan berharap itu semua cuma mimpi. Kalimat yang membuat dunia gue runtuh seketika. Kalimat yang terngiang-ngiang di kepala gue membuat gue tidak ingin hidup lagi. Gue pikir perasaan itu cuma bisa diungkapkan oleh aktris dan aktor FTV. Atau jangan-jangan gue ada bakat jadi aktris FTV?

Yang namanya pengalaman dipecat pertama, saudara-saudara, rasanya lebih sakit dari diputusin mutusin pacar! Berhari-hari setelah gue dipecat, mata gue masih suka berkaca-kaca. Kalau nonton TV dan muncul iklan produk perusahaan, gue berkaca-kaca. Kalau jalan-jalan di mall dan ketemu barang jualan perusahaan, gue kembali berkaca-kaca.

Bukannya gue cinta mati sama perusahaan gue loh, gue cuma sedih mikirin siapa yang bakal mengisi kekosongan buku tabungan gue.

Meski begitu, sehabis gelap terbitlah terang, sehabis putus terbitlah move on. Gue gak boleh terus terpuruk dalam kesedihan! Toh air mata nggak akan menambah saldo di rekening gue. Jadilah gue sebar CV ibarat para jomblo tebar pesona.

Hari-hari berlalu tanpa kabar gembira.  Meski gue semakin putus asa, nggak pernah terlintas sedikit pun buat gue untuk banting setir dari jalur karir kerja kantoran. Maklum, kerja kantoran terlihat lebih aman dan begitu pasti bagi para jebolan universitas. Apalagi gue nggak lahir di keluarga konglomerat yang bisa kasih gue anak perusahaan setelah gue lempar toga.

Namun takdir berkata lain. Perusahaan-perusahaan itu tidak tergugah dengan pesona gue yang sedang koyak semenjak dipecat. Kebetulan punya cerita, gue buka website perusahaan aviasi negara tetangga.

Hey, ternyata mereka buka lowongan! Gue baca kriteria yang diminta baik-baik. Eh, ternyata nggak macem-macem loh!

Rumornya kan pramugari nggak boleh pake kacamata, harus tinggi bak model catwalk, harus cantik bak bidadari, harus ramah bak malaikat; singkatnya rumor-rumor demikian tidak sepenuhnya benar. Buktinya gue pun lolos seleksi tahap pertama!

Kemudian tahap kedua, ketiga, sampai ketujuh. Seleksi pramugari ini memang ibarat seleksi Indonesian Idol. Dari sekian ribu orang hanya segelintir yang bisa masuk ke babak berikutnya, sisanya ya dieliminasi. Bedanya disini nggak ada VJ Daniel yang menjual kisah hidup kontestan supaya nurani para juri tergugah.

Dari sini lah kisah gue dimulai. Kisah gadis sang pramugari. Mungkin sedikit lebih menarik dari kisah gadis sang penjual korek api?

 

 

XOXO,

Sang Pramugari

5 thoughts on “Kisah Gadis Sang Pramugari

  1. Hi G! Yes pertamax komen, hehe… Lagi nunggu bagasi di bandara Soekarno-Hatta. Hope i’ll meet u in one of the flight. Tetap semangat yak & keep writing! Dari salah satu gadis HRD di jalan gatot subroto.

    Like

  2. kakak ya ampyun, aku denger cerita kakak kini melanglang buana dari Bu A*. Sungguh menarik hidupmu kak.. semoga selalu dilindungi Tuhan dalam setiap perjalanan. Nulis yang banyak kak… aku sukaaa….

    Like

  3. Pingback: Sarkastik | ceritakabin

Leave a reply to Sang Pramugari Cancel reply